Tugas
pertama untuk desk bulletin hari itu diawali pukul 05.00 dari Bandara
Halim Perdana Kusuma. Kami (gue dan camera person) sudah siap banget, dengan
membawa satu backpack full set pakaian ganti seperti ingin Dinas Luar Kota,
walau kolip (kordinator liputan) bilang kalo kita sebisa mungkin melakukan
perjalanan pergi-pulang.
Oya,
kami akan ikut perjalanan bersama TNI AU menggunakan pesawat Hercules,
melakukan pencarian pesawat QZ8501, di perairan Tanjung Pandan, lokasi yang
diperkirakan tempat jatuhnya pesawat, walau bukan disana tempat terakhir terdeteksi sinyal ping.
Jam
05.00 kami dan kurang lebih
seratus wartawan lainnya menyetujui manifestasi perjalanan hari itu, dan
satu jam kemudian direncanakan akan diberangkatkan bersama anggota BASARNAS.
Sebelum berangkat kami mendapat briefing mengenai SOP penerbangan juga misi
pencarian hari itu. Hmmm... saat itu gue merasa sebagian pikiran gue ada di
tanah dan yang sebagian entah ada di mana. Antara mengerti dengan apa yang
mereka katakan dan sebagaian lagi merasa mereka berbicara bahasa yang emang ga
gue mengerti. Bagian yang ga gue mengerti itu, terletak pada subjek dan objek,
yang terindikasi sebuah nama, tempat, atau benda. Tapi gue terus mencatat apa
yang gue denger.... catet aja dulu, mikirnya belakangan deh.
Pertanyaan
pertama gue ajukan ke wartawati di sebelah gue, “Mba, hmmm... Atang Sanjaya itu
jabatannya apa ya?” karena dari apa yang gue denger sih, si Atang Sanjaya ini
hebat bener, dia akan mengirimkan helikopter juga pesawat bantuan, yang akan
ikut dalam misi pencarian.
“Maksudnya?”
Mba Wartawati sempat kebingungan dengan pertanyaan gue.
“Iya,
yang tadi ngirim heli, hercules satu lagi....,” gue masih ragu-ragu.
“Ooh,
itu nama lanud mba, di Bogor,” jelasnya.
“Ooooooh..
oke. Makasih yaa.” K-I-C-E-P,
sambil senyum-senyum sendiri.
Oke, mungkin kalo kapten di depan
bilang soal Agus Salim, Bung Tomo, Supriyadi, atau Bung Karno.. gue tau apa yang
lagi diomongin.. hahaha.
Gue pun mendapat kloter pertama
terbang dengan Hercules TNI AU A1319. Ini pertama kalinya gue naik Hercules
yang katanya super besar dan tempat duduknya suka-suka lo itu. Apa yang gue
bayangkan ternyata tepat. Yaa.. duduk di sisi kanan dan kiri berhadap-hadapan
(macem diangkot), dan suasanya emang seperti naik Bus tapi terbang. Hal itu
juga yang diperingatkan oleh awak pesawat.
“Jangan sering jalan-jalan,
lari-lari, atau loncat-loncatan. Walau pesawat ini besar, kaya bus terbang. Tapi
tetap harus jaga keselamatan”
Gue juga ga tertarik untuk banyak
tingkah sih. Lambat laun pun kami semua mati gaya.
Pesawat Hercules A1329 (kloter kedua) yang juga bersama-sama melakukan pencarian di perairan Tanjung Pandan |
Momen lepas landas memang luar biasa
bisingnya. Gue ga bisa denger omongan sendiri. Sesampainya pesawat di atas
awan, suhu ruangan terasa dingin. Dua jam perjalanan pun membuat kami semua
tertidur.
Satu persatu orang-orang terbangun
setelah merasa ketinggian pesawat ini berkurang, dan saat itulah pencariaan
mulai dilakukan. Ketinggian pesawat kami berada 500 meter di atas permukaan
laut. Pesawat tidak bisa lebih rendah dari ini karena cukup membahayakan.
Yang bisa melihat apa yang ada di luar
sana hanya awak pesawat yang berjaga di setiap jendela, dan para pilot yang
berada di kokpit. Kami para wartawan bisa melihat sekaligus mengambil gambar
secara bergantian. Juga bergantian naik ke kokpit pesawat, satu-satunya tempat
yang udaranya dingin ber-AC. Karena lama kelamaan, udara di pesawat sangat
panas. Ini disebabkan kami berada diketinggian rendah.
Jendela Hercules A1319 aka. lubang pengamatan awak dan penumpang selama 10 jam pencarian |
Sepuluh jam pesawat Hercules kami menelusuri
di perairan Tj. Pandan secara vertikal. Namun, sayang sekali kami tidak
menemukan apapun. Hanya satu penampakan berupa sebuah bidang besar rata
berwarna putih, yang dicurigai sebagai badan pesawat. Satu-satunya cara untuk mengecek
kepastiannya adalah melalui jalur air. Namun malamnya, dikonfirmasi bahwa
temuan itu hanya sampah laut.
Panasnya udara dalam Hercules A1319 membuat para jurnalis 'teler' ikut dalam 10 jam pencarian |
Esoknya (saat gue sedang
sibuk-sibuknya dengan temuan yang valid), gue dapet kabar dari chat seorang
teman, kalo sosok gue disebut dalam status update akun sosial wartawati yang
gue tanya dengan polos subuh-subuh itu.
Status itu kira-kira mengisyaratkan kalo
reporter TV itu “kosong”. Gue yang dikirim screen shot status mba-mba itu, Cuma
ketawa-tawa. Tanpa tersinggung sebetulnya. Well, everyone has their first. Gue
pun ga kepikiran untuk membekali diri gue dengan nama-nama landasan udara di
daerah-daerah sih.. apalagi lanud kecil, walau ternyata itu di Bogor looh..
deket banget. Tapi gue emang ga pernah denger sih. Hahahaha.
Belakangan gue lama-lama tahu memang
si mba wartawati ini emang dikenal dengan orang yang “sok pinter” dan punya
banyak masalah dengan orang-orang karena status yang dipublishnya lewat media
sosialnya. Amin.